![]() |
Ilustrasi (Foto: Pexels) |
Muslimahkertas.web.id, Belakangan ini, orang-orang ramai ikut-ikutan dengan tren slow living. Artikel ini sebenarnya tidak untuk menghubung-hubungkan Islam dengan slow living, tetapi lebih kepada reinterpretasi nilai-nilai Islam yang sudah sarat akan nilai slow living dalam ajarannya.
Islam sudah lebih dulu tumbuh dengan nilai-nilai ajarannya yang memuat slow living. Salah satu muatan ajaran Islam ini rupanya kini diburu karena sifatnya yang solutif dan efektif sehingga menjadi semacam tren di kalangan Barat. Sayangnya, orang Barat menganut slow living sekedar menjadi lifestyle semata.
Para muslimah modern di Indonesia yang hidup di era serba cepat ini banyak juga yang terinspirasi mengikuti slow living yang tengah menjadi tren. Padahal konsep ini sebenarnya adalah muatan yang mendarah daging dalam jiwa dan gaya hidup muslimah itu sendiri.
Artikel ini sebagai penjelasan lengkap untuk muslimah modern di Indonesia agar memahami bahwa slow living bukanlah hal baru dalam Islam. Artikel ini juga sebagai bacaan lengkap tentang bagaimana praktik slow living Islami yang benar dalam kehidupan sehari-hari.
Sebuah Pengantar: Zaman Telah Berubah
Sejak zaman dahulu kala, sebelum teknologi datang, syariat Islam sudah mensyariatkan umatnya untuk menghindari sikap terburu-buru. Rupanya, hikmah dari larangan terburu-buru ini semakin terasa di era modern yang serba cepat. Hal ini semakin menegaskan nilai kemaslahatan dalam syariat Islam.
Menjalani hidup tanpa terburu-buru adalah syariat Islam. Islam menyuruh umatnya untuk menghindari 'ajalah (ketergesa-gesaan). Prinsip hidup ta'ani, tenang, dan slow ini kini banyak dibidik dan dianut kaum Barat.
Kebutuhan akan gaya hidup ini semakin krusial sejak era serba cepat melanda. Segala sesuatu bergerak cepat sehingga melangkahi batas kemanusiaan.
Mesin secanggih apapun tetap tak memiliki perasaan. Komponen 'merasakan' inilah yang kian dilupakan sisi manusiawi seorang manusia.
Ia menjadi rentan stres karena terprovokasi dengan kecepatan arus dan gerak yang tak diimbangi dengan aspek kebermaknaan yang orang Barat menyebutnya dengan mindfulness.
Islam mengatur keseimbangan hidup umat Islam sedemikian rupa. Bahwa dunia dan akhirat haruslah seimbang. Bukan hanya tentang kebutuhan fisik tapi juga non fisik seperti spiritual, mental dan psikis juga perlu diperhatikan.
Rambu-rambu ini sudah diatur dengan seimbang dalam syariat. Tetapi umat Islam kerap kali terbawa arus, lupa dengan nilai-nilai dalam ajarannya sendiri.
Ajakan slow living sebenarnya mengajak umat Islam untuk menerapkan syariat, bukan sekedar gaya hidup yang bersifat pilihan atau tren semata.
Kenapa Muslimah Perlu Slow Living di Era Serba Cepat?
![]() |
Ilustrasi (Foto: Pexels) |
Di Barat, slow living adalah pilihan. Ia adalah jenis gaya hidup. Tetapi di Islam, ada semacam muatan slow living di dalam syariat. Tetapi bukan sepenuhnya slow living sebagaimana yang dianut Barat.
Berangkat dari kompleksitas era serba cepat, penulis merasa terpanggil untuk menulis artikel ini secara khusus untuk Muslimah. Kenapa?
Kita tidak bisa menghindari gerak cepat teknologi. Kita tidak bisa menghindari kecanggihan era yang sedang dijalani yang semua itu memberikan efek baik dan buruk yang juga tak terhindarkan.
Kita hanyalah manusia biasa, kita bukan mesin. Kita memang perlu beradaptasi di zaman yang secanggih apapun agar bagaimana caranya kita tetap produktif tapi tenang.
Era modern saat ini menuntut manusia yang produktif, tapi lupa dengan sisi 'tenang' yang semestinya diterapkan.
Ketenangan dirampas dengan kecepatan era digital yang serba instan. Peluang menghasilkan manusia yang multi tasking kian meningkat.
Bukan sekedar karir digital, ranah digital pun kini menjadi bagian dari kehidupan. Hampir seluruh manusia era modern terbiasa melakukan scrolling media sosial.
Memang sibuk, tetapi kesibukan yang tergambarkan di era serba cepat ini memiliki sisi buruk, diantaranya lupa dengan prinsip bersikap 'slow'.
Muslimah perlu slow living Islami demi tercapainya keseimbangan antara duniawi dan ukhrawi sebagaimana diperintahkan Allah Swt. dalam surah Al-Qashash ayat 77:
وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
"Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia."
Era serba cepat cenderung memfasilitasi manusia untuk sibuk dan berburu urusan duniawi semata, lupa bahwa ada sisi akhirat yang harus dipenuhi untuk keseimbangan ritme hidup seorang muslimah.
Produktif tapi Tenang: Apa Itu Slow Living Islami?
Bukan sekedar gaya hidup Islami, slow living di sini adalah muatan ajaran Islam itu sendiri sehingga seorang muslim tetap tenang dan produktif. Ada ta'ani atau tuma'ninah, khusyuk, dan istilah sepadan lainnya yang menggambarkan muslim yang tenang baik lahir maupun batin.
Slow living Islami bukanlah perkara baru dalam Islam. Ada hak tubuh, ada hak batin, ada tanggung jawab, peran sosial, seluruh elemen dalam hidup diatur sedemikian rupa untuk kemaslahatan umat.
Kamu bisa baca: slow living dalam pandangan Islam sehingga kamu mengerti bahwa slow living dalam Islam bukan sekedar untuk meningkatkan kualitas dan estetika hidup, tapi juga ruh ajaran Islam itu sendiri yang bermuatan ibadah.
Hal ini juga menegaskan bahwa umat Islam harus berhati-hati agar tidak mengadopsi gaya hidup Barat secara utuh.
Slow Living Bukan Malas: Ini Bedanya
Hanya karena ada kesan ritme yang lebih lambat, ada yang beranggapan slow living itu malas. Jika slow living dimaknai demikian, tentu ini bertentangan dengan ghirah kaum muslimin yang berjiwa optimis dan semangat.
Slow living erat kaitannya dengan manajemen waktu muslimah supaya lebih seimbang dan tenang, bukan gaya hidup seorang pemalas.
Perbedaan yang sangat kontras terlihat pada cara mendefinisikan slow living yang keliru. Ada yang beranggapan slow living itu tidak produktif, terlalu santai, dan melekat pada figur tidak bertanggung jawab.
Padahal slow living itu bukan anti produktif. Lambat di sini dalam arti menikmati. Agar sibuk bukan sekedar sibuk, tapi juga bermakna dan bernilai ibadah. Slow di sini juga dimaksudkan agar tidak reaktif terhadap tekanan dunia luar.
Jelas bahwa slow living itu membuat produktivitas lebih bernilai. Jauh berbeda dengan malas yang tidak ada motivasi hidup selain rasa malas dan kelelahan tanpa arah.
Dikatakan malas ketika seseorang tidak punya prioritas dan sering menunda-nunda. Berbeda dengan slow living yang berperan agar seseorang lebih menjiwai aktivitasnya yang produktif serta mengutamakan kualitas.
Slow living bukan pasif atau malas, ia adalah seni agar seseorang menjalani hidup dengan sadar, tenang, dan terarah.
Untuk penjelasan lebih lengkap, kamu bisa baca: 4 perbedaan slow living dengan malas.
Ciri-Ciri Muslimah yang Sudah Kehilangan Ritme Hidup
![]() |
Ilustrasi (Foto: Julia Sakelli/Pexels) |
Seorang muslimah yang kehilangan ritme hidup sejatinya memerlukan ritme hidup Islami yang seimbang.
Ketika kamu merasa tidak bisa menikmati hidupmu, seolah tidak ada ruh dan makna dari setiap aktifitasmu, sesungguhnya itu pertanda ritme hidup tidak berjalan seimbang.
Kamu mungkin terlalu jauh berselancar memenuhi kebutuhan fisikmu namun lupa tidak memenuhi kebutuhan non fisik. Itu artinya, kamu butuh cara hidup tenang ala Islam. Dengan cara apa?
Jika penyebabnya adalah era digital yang menuntutmu serba cepat dan sibuk, ritme hidup kamu butuh lebih pelan dan lambat. Maka kamu butuh praktik slow living Islami. Sebab kamu mungkin saja telah menjalani aktifitas dengan produktif tetapi tidak dibarengi dengan ketenangan batin.
Untuk penjelasan lebih lengkap, kamu bisa baca: 5 ciri muslimah yang kehilangan ritme hidup.
Kita bukanlah mesin. Secanggih apapun teknologi, bukan berarti kita harus bergerak cepat. Kita tetap manusia yang tercipta dengan fisik dan non fisik yang ketika ada salah satu kebutuhan tidak terpenuhi, maka ritme hidup akan terganggu.
Era serba cepat ini menjadi tantangan umat agar bagaimana tetap bisa tenang dan slow di tengah laju cepatnya zaman.
Manfaat Slow Living untuk Muslimah
Manfaat slow living untuk muslimah setidaknya menyentuh 3 aspek:
1. Manfaat slow living untuk muslimah dari aspek spiritual
2. Manfaat slow living dari aspek psikologis
3. Manfaat slow living dari aspek produktivitas
Kalau kita menerapkan slow living, maka kita akan terhindar dari multitasking yang melelahkan tapi tidak efektif.
Slow living menuntun kita fokus pada sedikit hal, tapi dilakukan secara maksimal. Keliru jika kita memaknai produktif sebagai kemampuan untuk melakukan banyak hal sekaligus. Tapi kerjakan satu dulu dengan fokus penuh, baru kemudian dilanjutkan dengan kegiatan lain.
Sebagai manusia biasa, kita perlu menyeimbangkan ritme semampu kita, sebab kita bukanlah robot. Itulah mengapa slow living mengarahkan kita pada skala prioritas.
Hendaknya kita memilih mana yang benar-benar penting, yang bisa ditunda, hingga yang harus dihilangkan. Inilah gambaran produktivitas yang berkualitas dan bernilai ibadah.
Langkah Praktis Menerapkan Slow Living untuk Muslimah
Panduan slow living muslimah dapat diterapkan berupa langkah-langkah konkrit. Adapun langkah slow living untuk wanita muslim di era modern, dimulai dari sejak ia bangun tidur.
Slow living dimulai sejak seseorang bangun tidur dengan penuh kesadaran dan meniatkan ibadah karena Allah untuk menjalani apapun takdir yang akan ditemui di hari ini.
Sepanjang seseorang beraktifitas, ia menikmati setiap kegiatannya dengan penuh penghayatan dan kebermaknaan. Apakah itu kegiatan makan, olahraga, bekerja, beribadah, dan lain sebagainya.
Malam sebelum tidur, ia tutup dengan muhasyabah dan hati yang tenang sebelum kemudian berdoa sebelum tidur hingga terlelap.
Untuk mengetahui gambaran langkah-langkah slow living Islami untuk muslimah secara utuh, baca: langkah-langkah praktis slow living untuk muslimah.
Menyusun “To-Do ” dan “To-Be List” Sebagai Muslimah
![]() |
Ilustrasi (Foto: Pixabay) |
To-Do List dan To-Be List, ialah semacam perencanaan sederhana yang bisa mengubah hidup Muslimah menjadi lebih sadar, terarah, dan bernilai ibadah.
To-Do List adalah daftar hal yang harus dilakukan hari ini. Contohnya tugas harian, pekerjaan rumah, target belajar, dan lain-lain.
Sedangkan To-Be List adalah daftar sifat atau karakter seperti apa yang ingin kita bentuk hari ini. Misalnya: lebih sabar, lebih syukur, lebih fokus, lebih ikhlas.
Kita seringkali hanya merencanakan To-Do List yang merupakan pekerjaan fisik tapi tidak meniatkan To-Be List yang merupakan pekerjaan hati.
To Do List singkatnya adalah hari ini saya akan melakukan bla bla bla. Adapun To Be List singkatnya adalah hari ini saya ingin menjadi bla bla bla.
Bagaimana praktiknya? Sejak bangun tidur sudah kita rencanakan 3 sampai 5 prioritas to do, tidak usah banyak. Kenapa? Terapkan prinsip fokus pada yang sedikit tapi berkualitas.
Lalu selipkan To Be List bersamaan To Do List yang sudah kita buat. Misalnya saya ingin lebih sabar menghadapi anak, saya tidak ingin terpancing emosi di media sosial, saya ingin lebih khusyuk dalam salat.
Di malam hari sebelum tidur adalah bahan refleksi kita. Apakah tugas rumah tangga yang tadi saya list sudah selesai? Sudahkah saya lebih sabar menghadapi anak seperti yang saya niatkan? Sudahkah salat saya lebih khusyuk? Refleksi ini penting agar kita lebih baik di keesokan hari.
Demikian gambaran To Do List dan To Be List agar kita menjadi muslimah yang hidupnya lebih terarah dan bermakna.
Contoh Jadwal Slow Living ala Muslimah Modern
Sebenarnya tidak ada jadwal khusus untuk menerapkan slow living. Itu sifatnya fleksibel untuk muslimah dengan apapun perannya, apakah siswa, mahasiswa, pekerja, ibu rumah tangga, dan lain-lain.
Sebagai gambaran, berikut contoh Jadwal slow living Islami yang bisa dipraktikkan muslimah yang berperan sebagai ibu rumah tangga.
Pagi hari diawali dengan bangun tidur sebelum subuh, tahajud, zikir pagi, baca quran, kemudian mencatat to di list dan to be list. Awali hari dengan tenang, minum air hangat.
Sekitar pukul 06.00 menyiapkan sarapan untuk keluarga. Mulai menyicil pekerjaan rumah sedikit demi sedikit. Hadirkan niat bahwa semua yang dilakukan murni semata-mata untuk ibadah.
Di sela anak tidur atau sedang sekolah, ibu bisa quality time. Apakah membaca buku atau belajar skill baru.
Di waktu zuhur bisa dimanfaatkan untuk tidur siang walau hanya sebentar (qailulah). Usai salat dan makan siang, Ibu bisa melanjutkan pekerjaan domestik lainnya sembari mendengarkan murattal atau kajian.
Waktu ashar adalah waktu santai. Apakah menyiram tanaman, ngobrol ringan bareng keluarga. Jangan lupa zikir petang. Dilanjutkan waktu magrib, salat dan mengajarkan anak mengaji. Makan malam, kemudian quality time bareng keluarga.
Boleh scrolling hp sebagai me time, tapi jangan sampai menyita waktumu. Akan lebih baik jika dilanjutkan zikir yang menentramkan.
Menjelang waktu tidur, jangan lupa melakukan refleksi dan muhasyabah. Usahakan waktu tidur jangan terlalu malam agar bisa bangun lebih awal.
Demikian gambaran hidup berkah dengan slow living. Intinya muslimah dengan peran apapun yang menerapkan slow living tidak akan memaksakan semua pekerjaan harus tuntas sekaligus. Karena slow living adalah kemampuan mengatur ritme agar tidak menguras emosi maupun energi sehingga kegiatan apapun dapat dinikmati.
Yang paling penting adalah menjalani semuanya dengan ibadah dan berkah. Di sinilah Slow living mengajarkan kita agar hadir sepenuhnya dengan tenang dan ikhlas.
Doa dan Zikir untuk Menenangkan Hati di Tengah Kesibukan
![]() |
Ilustrasi (Foto: Pexels) |
Berzikir, inilah aktifitas yang membedakan muslim dengan non muslim. Praktik gaya hidup tenang untuk muslimah modern bukan hanya berbicara tentang ritme dan ketenangan beraktifitas, tapi juga keseimbangan asupan baik jasmani maupun rohani.
Sisi spiritual kita jangan dibiarkan kosong agar kesibukan kita menjadi ladang ibadah. Zikir adalah tentang ketenangan hati dalam Islam. Sekalipun kamu produktif, tanpa zikir kesibukanmu akan tetap hampa.
Oleh karena itu, cara mengatur hidup agar lebih tenang dan bermakna adalah dengan menyeimbangkan aktifitas jasmani dan rohani. Sisi rohani atau spiritual kita perlu diisi dengan zikir.
Kita perlu merutinkan zikir di waktu subuh dan waktu ashar setiap hari. Jadikan ini sebagai to do list dan to be list yang tak terlupakan.
Referensi zikir harian yang bisa kamu baca adalah hishnul muslim atau al-ma'tsurat. Buku kecil ini wajib jadi bagin dari rutinitas pagi dan petangmu.
Slow saja tidak cukup, kamu juga butuh zikir. Jika kamu sedang sibuk dan susah waktunya, kamu bisa baca: zikir paling mudah ketika sibuk.
Penutup: Hidupmu Berharga, Tidak Harus Terburu-Buru
Di era yang memacu kita menjadi serba cepat, super sibuk, dan sempurna, kita perlu berhenti sejenak dan bertanya: Apakah semua yang dilakukan ini berkah dan bernilai ibadah?
Jangan-jangan, kita masih terbawa arus yang ingin melakukan segala sesuatunya dengan cepat. Jangan-jangan, kita selalu terburu-buru dalam derap langkah sehingga sering menguras emosi dan tenaga. Jangan-jangan, kita memang produktif dan multitasking, tapi hati kita kosong sehingga kita rentan cemas dan stres.
Hidupmu berharga. Jangan sampai kamu melewati hidupmu yang sibuk itu dengan sia-sia. Jangan sampai produktivitasmu tidak bernilai ibadah sama sekali. Jangan sampai kamu terburu-buru dengan jam terbangmu dan lupa bahwa kamu hanyalah manusia biasa yang ritme hidupnya tidak bisa mengikuti laju cepat teknologi.
Hidupmu Berharga. Mari menjalani hari dengan slow living, agar produktivitas lebih terarah dan hidup kita bisa tetap tenang, berkah, dan bermakna.