![]() |
Ilustrasi (Foto: Mikhail Nilov/Pexels) |
Muslimahkertas.web.id, Di tengah derasnya arus informasi dan tren global, gaya hidup Barat semakin diminati oleh masyarakat, termasuk muslimah Indonesia. Berbagai konsep seperti slow living, minimalism, mindfulness, hingga intentional living terlihat menarik karena dianggap relevan dengan tantangan hidup modern.
Namun, tanpa disadari, tidak sedikit gaya hidup tersebut membawa nilai-nilai yang tidak selalu selaras dengan ajaran Islam.
Oleh karena itu, penting bagi muslimah untuk memahami bahaya mengadopsi gaya hidup Barat secara mentah-mentah, serta bagaimana menyikapinya secara bijak tanpa kehilangan identitas keislaman.
Zaman Terus Berubah: Peradaban Barat Semakin Maju
Kita hidup di era yang sangat cepat berubah. Peradaban Barat semakin maju dalam bidang teknologi, sains, dan budaya populer. Mau tidak mau, umat Islam, termasuk para muslimah, berada di tengah arus tersebut.
Menolak kemajuan Barat secara total tentu mustahil. Hampir seluruh umat Islam tidak bisa lepas dari teknologi dan pengetahuan modern yang mereka hasilkan.
Satu sisi, memang karya kaum Barat ini kaya akan manfaat dan dibutuhkan. Namun, di sisi lain hal ini menjadi tantangan tersediri agar bagaimana seorang muslimah bisa beradaptasi dengan kemajuan ini tanpa menghilangkan identitas keislamannya.
Tren Gaya Hidup Barat Semakin Diminati Masyarakat
Gaya hidup Barat seperti slow living, mindfulness, minimalism, dan self-care makin diminati. Mengapa? Karena konsep-konsep ini terasa "relate" dengan beban kehidupan modern yang penuh tekanan.
Banyak orang merasa terbantu secara psikologis: menjadi lebih tenang, fokus, dan teratur. Ini menunjukkan bahwa masyarakat, termasuk muslimah, memang butuh gaya hidup yang lebih sadar, seimbang, dan sehat.
Namun, jika tidak disaring dengan bijak, tren ini bisa menyeret kita pada nilai-nilai individualistik, sekular, bahkan hedonistik.
Tanpa Sadar, Tren Barat Selalu Merujuk pada Islam
Hal yang jarang disadari kaum muslimah adalah betapa banyak tren gaya hidup Barat yang sedang naik daun, tetapi sebenarnya mengarah ke nilai-nilai yang telah diajarkan Islam sejak dulu. Misalnya: slow living sesuai dengan Islam yang menganjurkan ta'ani atau tuma'ninah. Kemudian mindfulness sesuai dengan khusyu’ dalam Islam.
Ketenangan batin yang dicari masyarakat Barat melalui berbagai praktik non-religius sebenarnya telah ditanamkan dalam Islam melalui wahyu. Artinya, sebagai muslimah, kita sebenarnya punya sumber yang jauh lebih kokoh dan utuh. Bukan sekedar tren sesaat, tapi sepatutnya sudah mengakar mempribadi dalam jiwa seorang muslim yang sejati.
Tren Gaya Hidup sebagai Refleksi Umat Islam
Kehadiran tren-tren tersebut bisa menjadi refleksi bahwa umat Islam belum sepenuhnya menghidupkan ajarannya.
Sebab, kalau umat Islam menerapkan nilai Islam secara benar dan konsisten, ia tidak akan ikut-ikutan, selain sebuah kesadaran bahwa ia harus kembali mengamalkan ajaran Islam dengan sungguh-sungguh.
Istilah-istilah tren seputar ketenangan yang diinisiasi kaum Barat sebenarnya bukanlah barang baru dalam Islam, penggunaan istilahnya saja yang tidak sama, tapi muaranya adalah ketenangan.
Maka, kita perlu kembali pada ajaran Islam sebagai petunjuk hidup yang hakiki. Sebab, ketenangan yang digaungkan Barat tidak akan pernah benar-benar sampai pada makna dan tujuan ketenangan dalam Islam.
Selalu terdapat celah perbedaan karena keduanya berangkat dari akar keyakinan yang tidak sama. Yang satu mengejar ketenangan sekedar meningkatkan kualitas dan estetika hidup, tetapi yang satu lagi adalah wahyu yang harus dipatuhi pemeluknya.
Gaya Hidup Barat Tidak Memuat 'Ubudiyah
Gaya hidup Barat meski terkesan sehat dan penuh kesadaran, pada dasarnya kosong dari aspek 'ubudiyah (penghambaan kepada Allah). Mereka mendorong meditasi tanpa Allah, refleksi tanpa muhasabah, dan self-healing tanpa dzikir.
Islam tidak memisahkan antara tubuh, akal, dan ruh. Setiap aktivitas yang dilakukan muslimah mestilah bertujuan untuk ibadah dan mendekatkan diri pada Allah, bukan sekadar untuk kenyamanan diri.
Ketenangan Islam Berangkat dari Wahyu
Banyak muslimah modern merasa terbantu oleh teknik damai ala Barat untuk lebih fokus, tenang, dan produktif dalam hidupnya. Padahal, ada hal yang tidak mereka sadari.
Akar filosofinya cenderung individualis. Artinya, pusat perhatian gaya hidup Barat adalah “aku”:
Apa yang membuat aku nyaman? Apa yang aku inginkan? Bukan apakah Allah ridha? Apakah Allah suka?
Gaya hidup Barat sering kali berakar pada nilai individualisme, yang menempatkan kenyamanan dan kepentingan diri sebagai pusat kehidupan.
Ini jelas bersebrangan. Gaya hidup Barat fokus pada kenyamanan diri, dan tujuannya pun pemenuhan diri dan untuk kesehatan mental. Sedangkan dalam Islam tujuannya adalah ridha Allah serta keseimbangan menunaikan hak Allah, hak diri, dan hak sesama.
Tidak nampak tanggung jawab sosial dan spiritual dalam konsep Barat. Selain itu, celah perbedaan lain terdapat pada kenyamanan diri dalam konsep Barat bisa secara bebas memilih nilai hidup pribadi, sedangkan Islam terikat wahyu.
Keduanya memiliki landasan berbeda. Islam memulai semuanya dari wahyu dan niat ibadah. Sedangkan Barat memulai dari kenyamanan diri dan pengaturan mental.
Pemaknaan Ketenangan: Barat vs Islam
Dalam pandangan Barat, ketenangan biasanya bermakna: bebas dari stres, punya waktu untuk diri sendiri, dan hidup dalam kontrol penuh.
Sementara dalam Islam, ketenangan hakiki adalah ketenangan yang lahir dari kedekatan dengan Allah, ketundukan kepada-Nya, dan keyakinan terhadap takdir-Nya. Di sinilah syariat Islam memenuhi dimensi ruhaniyah seorang hamba.
Prinsip Muslimah Menyikapi Gaya Hidup Barat
![]() |
Ilustrasi (Foto: Polina Tankilevitch/Pexels) |
Dalam menyikapi tren, kita bisa berpegang pada kaidah:
"المحافظة على القديم الصالح والأخذ بالجديد الأصلح"
"Menjaga tradisi lama yang baik dan mengambil hal baru yang lebih baik."
Artinya, muslimah tidak harus menolak semua hal yang datang dari luar, tapi tetap harus selektif, sadar, dan terarah.
Jika tren modern bisa memperkuat iman dan membantu menjalankan syariat, maka tidak masalah. Tapi kalau malah melonggarkan prinsip, maka perlu ditinggalkan.
Penutup: Hati-Hati Mengadopsi Gaya Hidup Barat
Gaya hidup Barat bukan untuk ditolak sepenuhnya, tapi juga bukan untuk diikuti mentah-mentah.
Muslimah yang bijak akan menimbang semua hal dengan worldview Islam, bukan hanya tren. Jangan sampai kita kehilangan arah hanya karena semua orang sedang menjalani "tren".
Demikian tentang alasan mengapa muslimah harus hati-hati dalam mengadopsi gaya hidup barat. Ambil yang bermanfaat, tinggalkan yang merusak. Jadilah muslimah yang hidup dengan ilmu dan iman, bukan sekadar mengikuti arus.