![]() |
Ilustrasi (Foto: RDNE Stock Project/Pexels) |
Muslimahkertas.web.id, Era digital memungkinkan akhlak manusia juga turut memasuki dunia maya. Fenomena netizen yang berkomentar julid kian marak menghiasi berita harian tanah air.
Saking melekatnya, julid disangka hal biasa serta dianggap sebagai kebebasan berekspresi yang sah. Padahal dalam Islam, julid bisa jadi sebagai tanda penyakit hati yang berbahaya.
Apa itu julid dan nyinyir?
Julid atau nyinyir merupakan akhlak tercela. Awal mula kemunculannya dipicu kedengkian dan iri hati. Ciri khas julid adalah kesannya yang merendahkan atau menyindir.
Contohnya:
Ya iya dia lolos, toh modal orang dalam!
Dan lain-lain.
Perbuatan julid itu bentuk mengekspresikan komentar miring dan negatif tanpa niat membantu maupun memberi solusi, selain hanya menjatuhkan.
Apakah kamu pernah julid, atau bahkan sering julid? Tahan lisan dan jarimu mulai dari sekarang, sebelum perbuatan julid bisa membawamu pada keburukan yang lain.
Julid dan nyinyir vs kritik yang membangun
Diantara bentuk pembenaran dari melakukan julid adalah dengan berdalih sebagai bentuk kritik yang membangun. Padahal julid dan nyinyir jika didefinisikan secara operasional adalah bentuk kritik yang tidak membangun sama sekali karena tidak memberikan solusi.
Memang antara julid dan kritik membangun kelihatannya beda tipis. Tapi kamu perlu tahu kalau kesamaannya cuma sama-sama sebagai komentar, tapi perbedaannya lebih banyak lagi. Apa saja perbedaan keduanya?
Pertama, perbedaan dari segi motif. Pemicu seseorang julid dan nyiyir itu perasaan negatif, apakah itu rasa iri dengki, kesal, atau bahkan tidak suka dengan kebahagiaan dan pencapaian orang lain.
Berbeda dengan kritik yang membangun. Kemunculannya berangkat dari kepedulian. Kepedulian yang muncul karena berharap seseorang yang dikritik bisa lebih baik. Sungguh berbeda jauh motifnya dengan julid tadi.
Kedua, perbedaan dari segi cara penyampaian komentar. Mungkin kamu bisa membayangkan bagaimana orang yang komentarnya julid. Dapat dirasakan dari raut mukanya yang terkesan kesal dan tidak suka, intonasinya nyinyir dan merendahkan, bahkan ngomongin pula di belakang layar.
Karena pemicunya adalah perasaan negatif lantaran tidak suka dan benci, orang julid biasanya melakukan berbagai cara untuk menyerang seseorang.
Adapun kritik yang membangun tidak begitu. Ia tidak menyerang orangnya, tapi perbutannya. Orang yang menyampaikan kritik yang membangun biasanya menyampaikan dengan sopan dan beradab, langsung ke inti dan topik masalah.
Ketiga, perbedaan dari segi dampak. Orang yang julid dan nyinyir kerap memicu tendensi negatif dan konflik. Objek julid menjadi insecure, merasa down, dan merasa direndahkan.
Berbeda dengan kritik membangun yang berangkat dari kepeduliam, sehingga memberikan kesan positif serta membuka mata hati orang yang dikritik agar lebih baik. Tentu vibes positif ini yang menjadi pembeda dengan julid.
Contoh kritik membangun:
Presentasimu sudah bagus, mungkin akan lebih menarik kalau ditambahkan visual yang lebih eye-catching.
Dari contoh di atas, komentar yang disampaikan bersifat membangun karena memberikan solusi dan letak perbaikan yang jelas untuk diperbaiki orang yang dikritik.
Setelah mengetahui ciri-ciri ini, kamu tentu bisa simpulkan sendiri apakah julid dibenarkan atau tidak. Yang jelas julid tidak sama dengan kritik yang membangun.
Julid dan nyinyir sebagai gejala penyakit hati
Tidak semua komentar wajib ditahan. Ada sesi introspeksi yang sebaiknya dilakukan sebelum melontarkan komentar. Apa niat dan pemicu kamu berkomentar, serta apa dan efek setelah kamu berkomentar? Apakah membuat seseorang lebih baik? Atau malah membuat down? Kalau membuat down, itu bukan kritik membangun, tapi julid.
Kalau jenis komentar kamu adalah julid dan nyinyir, sebaiknya dihindari. Dari vibes negatifnya saja, kita bisa menangkap aroma tidak baik berupa akhlak tercela yang nyata.
Dan lebih berbahaya lagi, bisa jadi itu adalah tanda penyakit hati yang bersarang di hatimu dan perlu dibersihkan.
Gejala penyakit hati dari perbuatan julid dan nyinyir ditandai dengan ekspresi. Bahwa yang diekspresikan itu berangkat dari penyakit hati. Julid dan nyinyir sebagai bentuk pelampiasan perasaan negatif yang bersarang di hati, apakah itu perasaan iri, benci, dan lain-lain.
Dalam Islam, penyakit hati itu berbahaya dan berpotensi merusak amal dan hubungan sosial. Penyakit hati yang biasanya menyertai julid adalah hasad, ghibah, dan suuzhan. Ngeri bukan? 3 jenis penyakit hati ini bisa jadi bersemayam sekaligus di balik jubah julid, yang kamu sendiri pasti tahu dalil ketiganya.
Hasad dapat menghanguskan amal kebaikan, ghibah diumpamakan memakan bangkai saudara sendiri, serta su'uzhan yang digambarkan sebohong-bohongnya perkataan.
Julid bukan hanya soal lisan yang tidak dijaga, tapi juga megindikasikan hati yang perlu dibersihkan.
Julid dan nyinyir tidak hanya merugikan orang lain, tapi juga merusak ketenangan hati pelakunya karena selalu merasa kurang, tidak bisa menahan komentar sinis, tidak suka melihat orang lain senang, bahkan merasa puas melihat orang lain gagal. Ini menunjukkan kondisi batin dan psikis yang sakit.
Penyakit hati dan cara membersihkannya dalam Islam
Cara membersihkan hati dalam Islam erat kaitannya dengan penyucian jiwa. Penyucian jiwa adalah proses membersihkan hati dengan cara berusaha menghilangkan penyakit hati yang kotor melalui taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah dan mengganti penyakit hati yang berupa akhlak tercela dengan akhlak terpuji.
Julid mengekspresikan penyakit hati, hal ini memberi sinyal bahwa hatimu perlu dibersihkan. Dengan cara apa? Berikut cara membersihkan penyakit hati dalam Islam.
Pertama, betaubat penuh kesungguhan, beristighfar memohon ampun kepada Allah disertai berdoa agar dibersihkan dari penyakit hati.
Bertaubatlah dengan sungguh-sungguh tidak akan mengulanginya. Beristighfarlah sebanyak mungkin dengan harapan Allah menghapus dosa yang sudah dilakukan.
Mendekatkan diri kepada Allah adalah jalan keluar terbaik penyucian hati. Selain itu, proses ini juga akan mengembalikan fase ketenangan hati yang sempat hilang.
Rutinkan dan amalkan doa berikut:
ÙŠَا Ù…ُÙ‚َÙ„ِّبَ القُÙ„ُوبِ Ø«َبِّتْ Ù‚َÙ„ْبِÙŠ عَÙ„َÙ‰ دِينِÙƒَ
“Wahai Dzat Yang membolak-balik hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR. Tirmidzi).
Kedua, kamu perlu meningkatkan rasa syukur.
Kenapa harus meningkatkan rasa syukur? Karena boleh jadi penyakit hati muncul karena selalu merasa kurang.
Tanpa kamu sadari, sering merasa kurang adalah ciri penyakit hati. Ia perlu diobati dengan perasaan syukur dan senantiasa memandang ke arah nikmat Allah.
Ketiga, kamu harus berlatih mengendalikan lisan.
Berlatih perlu pembiasaan dan kesungguhan. Ingat-ingat bahayanya sebelum melontarkan sesuatu dan minta dikuatkan kepada Allah agar mampu melakukannya.
Caranya adalah melatih akhlak terpuji sebagai ganti dari akhlak tercela. Apabila sebelumnya bersifat suuzhan, maka cara membersihkan penyakit hati tersebut adalah menanamkan husnuzhan. Yang tadinya merasa tidak suka dengan kebahagiaan orang lain, maka cara membersihkan hati adalah dengan menanamkan perasaan ikut berbahagia dengan tulus ikhlas.
Terakhir, doa dan dukungan tulus
Kamu bisa replace julid yang terlontar dengan mendoakan dan dukungan yang tulus. Itu jauh lebih baik untuk menebus dan membayar hutang julidmu pada saudaramu.
Demikian mengenai bahaya julid dan nyinyir yang bisa jadi tanda penyakit hati yang harus diwaspadai serta cara membersihkan penyakit hati dalam Islam.
Wallahu a'lam
0 Komentar