![]() |
Ilustrasi (Foto: Unsplash) |
Assalamu'alaikum warahmatullah wa barakatuh.
Alhamdulillahi rabbil 'alamin. Ash-shalatu was salamu 'ala rasulillah wa 'ala alihi wa shahbihi ajma'in.
Amma ba'du.
Hadirin rahimakumullah..
Lahirnya kita di dunia ini tiada lain adalah karena kehendak dari Allah subhanahu wata'ala.
Allah yang membentuk rupa dan bentuk manusia
Allah berfirman dalam surah Ali Imran ayat 6:
هُوَ الَّذِيْ يُصَوِّرُكُمْ فِى الْاَرْحَامِ كَيْفَ يَشَاۤءُ ۗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ
"Dialah yang membentuk kamu dalam rahim menurut yang Dia kehendaki. Tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana."
Dalam ayat ini disebutkan manusia yang lahir dunia ini semuanya dibentuk sekehendak Allah.
Seandainya kita bisa memilih bentuk fisik dan rupa kita sendiri, tentu semua manusia menginginkan rupawan. Laki-laki ingin tampan, perempuan pun ingin cantik.
Tapi dikarenakan sudah ditetapkan Allah, sudah jadi kehendak Allah, maka takdir ini tidak bisa kita tolak.
Tapi apakah yang masuk surga itu mensyaratkan harus cantik dan ganteng? Tentu tidak!
Apapun dan bagaimanapun keadaan fisik kita, wajib kita syukuri. Anggap saja orang yang ditakdirkan rupawan itu sebagai bonus nikmat dari Allah yang wajib disyukuri. Kalau hamba yang good looking itu bisa bersyukur, maka kebagusan rupa dan fisik akan menjadi wasilah untuk beribadah melalui sikap syukur.
Allah tidak memandang fisik
Hadirin rahimakumullah..
Sebenarnya, orang yang rupawan itu hakikatnya adalah ujian. Sama halnya dengan orang kaya raya dan orang miskin. Kita sering mengartikan hanya miskin saja yang termasuk ujian akibat kesusahan yang tampak jelas, padahal kaya pun juga sama-sama ujian.
Ketika seseorang ditakdirkan kaya, apakah ia bersyukur? Apakah ia menginfakan hartanya? Apakah hartanya bersih? Apakah ia terhindar dari sifat kikir? Banyak PR juga untuk orang kaya, yang semuanya itu termasuk ujian. Kenapa?
Kalau orang kaya itu tidak bersyukur, apalagi malah jadi sombong, maka ia tidak lolos ujian dan hartanya itu malah menjadi petaka dan bukan nikmat.
Begitu pula manusia yang ditakdirkan cantik, ditakdirkan tampan. Apakah ia sudah bersyukur? Apakah ia menggunakan kecantikan dan ketampanannya di jalan Allah? Dan sederet pertanyaan lain. Artinya, percuma cantik, percuma tampan, kalau nggak lolos ujian. Apa bentuk lulus ujiannya? Kalau orang itu bersyukur.
Bagaimana dengan kita yang rupanya biasa saja? Sejatinya, Allah tidak memandang fisik, melainkan ketakwaan hambaNya. Jadi, gak usah berkecil hati gak punya hidung mancung, gak punya kulit putih. Orang rugi yang sesungguhnya ketika tidak beriman dan bertakwa, terlepas dari bagaimanapun bentuk rupa dan fisik orang tersebut.
Manusia adalah makhluk terbaik
Hadirin rahimakumullah..
Pada akhirnya, ketika kita Allah takdirkan menjadi manusia, maka kita sebenarnya adalah makhluk terbaik.
لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ
"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."
Begitu kata Allah dalam surah at-Tin ayat 4.
Hadirin yang dirahmati Allah..
Apakah hewan diberi nafsu? Ya. Tapi apakah hewan diberi akal?
Apakah malaikat bisa taat? Ya. Tapi apakah malaikat bisa maksiat?
Manusia itu paket komplet! Semua potensi ada semua. Potensi taat, potensi maksiat, potensi akal, potensi syahwat, ada semuanya di diri manusia! Tinggal bagaimana menggunakan semua potensi itu dengan benar dan proporsional.
Dengan cara apa? Dengan cara mengikuti aturan agama. Tanpa agama, manusia bisa seperti hewan ketika dominasinya syahwat, bisa kesetanan ketika dipenuhi potensi berbuat buruk. Oleh karena itu, Islam hadir menjadi solusi, untuk memberi panduan agar manusia bisa seimbang dalam menggunakan potensinya dengan benar.
Misalnya, syahwat. Kelihatannya kata ini identiknya dengan dosa. Padahal, syahwat itu manusiawi, penggunaannya aja yang harus benar. Syahwat dihukumi halal untuk suami istri, barulah syahwat itu haram untuk selain suami istri.
Potensi syahwat, akal, taat, semua sudah diatur dalam ajaran Islam. Tinggal kitanya, mau atau tidak mengamalkan aturan agama Islam. Aturan itu pada akhirnya akan bermanfaat untuk kemaslahatan umat manusia itu sendiri.
Tujuan diciptakannya manusia: untuk beribadah
Demikian yang bisa disampaikan. Akhiru kalam.
Wassalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh.
0 Komentar