![]() |
Ilustrasi (Foto: pixabay) |
Muslimahkertas.web.id, Nervous atau perasaan gugup acapkali muncul saat kita hendak melakukan sesuatu hal yang sifatnya di depan publik. Apakah itu untuk berpidato, mengikuti lomba, presentasi, dan sebagainya.
Memang untuk menghilangkannya, perlu mental yang terlatih. Selain itu, perlu membiasakan tampil di depan umum agar menjadi terbiasa.
Namun, bagaimana dengan yang pertama kali? Sesuai judulnya, tips di sini hanya untuk meredakan, bukan menghilangkan 100%. Tapi setidaknya tidak terlihat gugup di depan publik.
Untuk seseorang yang terbiasa tampil di depan publik atau yang sudah profesional, nervous ini tentu bisa hilang dengan sendirinya. Karena mereka sudah mampu mengendalikan diri mereka dengan baik.
Tips ini saya bagikan sesuai dengan apa yang saya alami. Hanya coretan sederhana karena murni kehidupan penulis. Berikut tipsnya.
1. Mau Belajar dan Terus Mencoba
Jangan berhenti di pertama kali. Apakah itu semacam trauma atau tidak ada kesiapan mencobanya lagi. Sebisa mungkin hindari untuk berpikir 'tidak ingin mempermalukan diri sendiri'. Jusru berpikirlah 'apa yang harus diperbaiki demi kemajuan diri sendiri'.
Mengapa? Penulis yakin ketika pertama kali mencoba, pasti banyak salah dan kekurangannya, karena mental kita belum menjalani proses apa-apa dan baru di tombol start, ini yang harus dipahami!
Jangan jauh-jauh! Mental 'bertanya' saja perlu diasahnya berkali-kali. Contohnya apa yang penulis alami.
Ketika di bangku sekolah dulu, saya ingin menanyakan hal yang saya tidak pahami kepada guru yang paling ditakuti dan disegani di sekolah seusai beliau menerangkan materi.
Ada pertanyaan? Tanya beliau. Tangan saya terasa sangat berat untuk diangkat, keberanian saya benar-benar diuji. Nafas saya tiba-tiba gugup segugup-gugupnya.
Tetapi karena saya ingin sekali mengetahui jawabannya, dengan modal nekad sayapun memberanikan diri dan bertanya. Dan apa yang terjadi? Kata-kata saya berbelit-belit, mata saya memerah saking takutnya dan hampir meneteskan airmata.
Kemudian guru tersebut menjelaskan dengan gamblang hingga saya pun paham. Meskipun pada kenyataannya kegugupan saya terang benderang.
Kali kedua pada guru yang sama, rupanya kondisinya masih saja sama. Kali ketiga, keempat, dan seterusnya, hingga akhirnya saya mendapatkan suatu kemajuan dari kejadian tersebut: mampu bertanya dengan tenang.
Contoh lainnya adalah ketika pertama kali saya mengikuti lomba baca puisi tingkat kabupaten sewaktu saya masih SMP. Padahal, selama latihan, saya sudah siap dan tidak ada masalah.
Tapi pada saat lomba berlangsung, perfeksionis versi persiapan saya runtuh seketika. Belum pernah mata ini melihat penonton sebanyak itu.
Dan ketika gugup itu menyelimuti seluruh jasmani rohani saya, akhirnya sayapun hanya membaca puisi seperti membaca koran, tidak ada intonasi, ekspresi, dan tidak ada pula gerakan-gerakan seperti yang sudah dipersiapkan dengan baik. Benar-benar blank total!
Betapa saya masih ingat seusai mengikuti lomba itu saya menangis karena di luar ekspektasi.
Tetapi sekarang saya paham, justru pengalaman pertama di samping zahirnya memalukan, tapi itulah bekal mental kita. Beruntungnya, setelah lomba itu, saya malah bertekad akan mengikuti lomba lagi di suatu hari dengan lebih baik.
Karena kalau saya berhenti, pasti latihan mental itu menjadi tidak ada artinya. Lomba tersebut akan selalu saya ingat sebagai gerbang pembuka latihan mental saya yang penuh pelajaran berarti.
2. Berdoa
Ini adalah tentang betapa butuhnya kita kepada Allah. Hal-hal seperti ini pun kita membutuhkan pertolonganNya.
Berikut ini doa yang bisa teman-teman amalkan:
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَ يَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّنْ لِّسَانِي يَفْقَهُوْا قَوْلِي
Rabbisy-rahlī shadrī wa yassirlī amrī wahlul 'uqdatan min lisānī yafqahū qaulī
"Ya Tuhanku lapangkanlah dadaku, mudahkanlah urusanku, dan lepaskanlah kekaluan dari lidahku suapaya mereka mengerti ucapanku."
Doa ini merupakan doa nabi Musa yang terdapat dalam surat Thaha. Namun kita bisa mengimplementasikannya dalam kegiatan yang sifatnya go publik.
Sebelum naik ke panggung, tarik nafas dalam-dalam dan keluarkan secara perlahan, lakukan sebanyak tiga kali. Ini bisa membuat kita lebih rileks. Kemudian mengucapkan bismillah agar aktifitas diberkahi, lalu membaca doa ini.
3. Tidak Terlalu On Target
Kesempurnaan bukanlah milik kita, pun ketika dalam kegiatan yang sifatnya dilihat publik. Ketika kita diterpa blank misalnya, dan kita lompat ke teks yang lain.
Teks yang tertinggal biarkanlah dan lupakanlah. Karena bila kita terus mengingat-ingatnya, hanya akan membuat nervous menguasai kita.
Tetaplah tenang karena hanya kita yang mengetahui ketertinggalan itu.
Lebih dari itu, bila kita terlalu ambisius, takutnya ketenangan malah menjauh dan kita menjadi ketar-ketir.
4. Tingkatkan Rasa Percaya Diri
Kita memang penuh kekurangan, namun itu tak membuat kelebihan kita hilang. Sebagai wujud rasa syukur, maka kita harus mengoptimalkan potensi yang Allah amanahkan.
Inilah prinsip yang memberi pesan pentingnya percaya diri. Semakin kita percaya diri, semakin kita mensyukuri potensi pemberian Allah.
Percaya diri tidak sama dengan sombong. Bila sombong merasa dirinya lebih baik, tapi percaya diri memiliki pandangan bahwa siapapun bisa lebih baik selain dirinya dan apapun yang ia miliki sepenuhnya pemberian Allah.