![]() |
| Ilustrasi (Foto: Unsplash) |
Muslimahkertas.web.id, Banyak pemula dalam bisnis terlalu fokus mengejar omzet, angka total penjualan yang terlihat besar dan meyakinkan. Rasanya bangga ketika omzet sebulan mencapai jutaan atau puluhan juta, seolah itu tanda bahwa bisnis berjalan sukses.
Padahal, omzet hanya menunjukkan berapa banyak uang masuk, bukan berapa banyak uang yang benar-benar menjadi milik kamu.
Karena itu, omzet bisa menipu. Dua bisnis bisa memiliki omzet yang sama besar, tetapi kenyataannya bisa sangat berbeda. Yang satu mungkin menikmati keuntungan yang nyaman, sedangkan yang lain bisa saja justru merugi tanpa disadari. Yang membedakan keduanya adalah margin.
Dua bisnis dengan omzet yang sama belum tentu memiliki keuntungan yang sama. Bisnis dengan margin baik bisa berkembang, sedangkan bisnis dengan margin buruk bisa diam-diam merugi. Karena itu, memahami margin jauh lebih penting daripada sekadar mengejar omzet.
Margin adalah selisih antara harga jual dan seluruh biaya. Inilah angka yang menentukan apakah sebuah penjualan benar-benar menghasilkan keuntungan atau hanya sekadar mengalir lewat tanpa tersisa.
Jika suatu bisnis fokus pada omzet tanpa memperhatikan margin, maka sebanyak apa pun penjualan terjadi, keuntungan tetap tidak akan terasa. Sebaliknya, jika margin diperhatikan dengan benar, bisnis bisa lebih stabil, berkembang, dan memberikan hasil nyata meskipun omzet tidak sebesar kompetitor.
Margin tipis
Margin disebut tipis ketika selisih antara harga jual dan biaya sangat kecil. Kondisi ini membuat keuntungan per produk hampir tidak terasa. Walaupun produk laku banyak, pemilik usaha sering merasa uang yang terkumpul selalu habis untuk berbagai biaya.
Margin tipis membuat bisnis sangat mudah terdampak oleh perubahan kecil, seperti kenaikan harga bahan atau ongkos kirim. Akhirnya, usaha terlihat sibuk tetapi tidak menghasilkan keuntungan yang layak.
Dalam banyak kasus, bisnis dengan margin tipis hanya terlihat sibuk tetapi tidak memiliki kekuatan finansial untuk berkembang.
Margin sehat
Margin sehat adalah ketika selisih harga jual dan biaya cukup besar sehingga keuntungan terasa jelas. Dengan margin yang memadai, bisnis memiliki ruang untuk bernapas dan bergerak. Ada keuntungan yang benar-benar tersisa setelah semua kebutuhan dibayar.
Dengan margin yang baik, bisnis memiliki ruang aman untuk menghadapi perubahan biaya, melakukan inovasi, dan mengembangkan produk baru. Pemilik usaha juga dapat menggaji diri sendiri, menabung untuk ekspansi, dan tidak mudah terjebak dalam perang harga. Margin yang sehat adalah fondasi agar bisnis dapat bertahan jangka panjang.
Margin untuk kesehatan bisnis
Banyak pemula terjebak pada harga murah karena takut kehilangan pelanggan. Mereka sering meniru harga pesaing tanpa menghitung biaya sendiri, padahal setiap bisnis memiliki struktur biaya yang berbeda.
Selain itu, banyak biaya kecil seperti ongkos administrasi, pengemasan, promosi, atau komisi platform yang sering tidak diperhitungkan. Akibatnya, mereka mengira sudah untung padahal sebenarnya margin mereka sangat tipis.
Untuk memulai perbaikan, pemilik usaha perlu mengetahui secara detail berapa biaya sebenarnya untuk menghasilkan satu produk. Setelah mengetahui angka ini, harga jual bisa disesuaikan agar memberikan keuntungan yang layak.
Omzet hanya menunjukkan seberapa besar uang yang lewat, sedangkan margin menunjukkan seberapa besar uang yang tinggal. Itulah sebabnya margin menjadi ukuran yang jauh lebih penting dalam menilai kesehatan sebuah bisnis.
Dengan memahami dan menjaga margin tetap sehat, bisnis dapat berjalan lebih stabil, berkembang lebih cepat, dan memberikan hasil nyata bagi pemiliknya, tanpa harus terjebak pada ilusi omzet besar.

