![]() |
Ilustrasi (Foto: Serhat Tug/Pexels) |
Muslimahkertas.web.id, Bagi seorang muslim, rasa cemas tidak selalu harus dianggap sebagai penyakit atau kelemahan psikologis semata. Langkah pertama justru adalah introspeksi diri secara spiritual. Bisa jadi, keresahan batin muncul karena dosa yang belum ditaubati, hati yang jauh dari Allah, atau hubungan dengan Sang Pencipta yang mulai renggang.
Al-Qur’an menegaskan bahwa:
"Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang” (QS. Ar-Ra’d: 28).
Hati yang lalai dari zikir, ibadah jarang khusyuk, jarang berdoa, jarang membaca Alquran, menyebabkan hati akan terasa kosong. Kekosongan itu sering kali diisi oleh rasa takut dan cemas yang tidak jelas sumbernya.
Maka, sebelum mencari jawaban medis atau ilmiah, kembalikan hati kepada Allah. Perbanyak istighfar, doa, dan ibadah sunnah.
Terkadang, rasa cemas hanyalah alarm dari Allah agar kita kembali mendekat pada-Nya. Setelah fondasi spiritual ini diperkuat, barulah kita menengok faktor-faktor lain yang secara ilmiah juga dapat memicu kecemasan.
1. Kurang Tidur
Tidur bukan hanya soal istirahat, tapi juga reset bagi otak dan tubuh. Ketika kita kurang tidur, bagian otak yang mengatur emosi khususnya amigdala menjadi lebih aktif. Akibatnya, reaksi kita terhadap hal-hal kecil menjadi berlebihan.
Orang yang tidur kurang dari 6 jam per malam terbukti lebih mudah mengalami kecemasan dibanding yang cukup tidur 7–9 jam.
Coba buat rutinitas tidur teratur, hindari layar ponsel sebelum tidur, dan biasakan tidur di ruangan gelap serta tenang.
2. Usus Tidak Sehat
Penelitian modern menemukan adanya hubungan erat antara usus dan otak, dikenal sebagai gut-brain axis. Mikroba dalam usus memproduksi zat kimia yang berpengaruh pada suasana hati, termasuk serotonin.
Jika keseimbangan bakteri usus terganggu (misalnya karena terlalu banyak junk food atau antibiotik), otak pun bisa merasakan dampaknya berupa rasa cemas atau depresi.
Sebagai solusinya, hendaknya memperbanyak konsumsi makanan fermentasi (tempe, yogurt), sayuran berserat, dan kurangi makanan instan. Konsumsi madu asli seperti madu syafnis juga disarankan karena menyeimbangkan bakteri baik dan buruk dan juga sebagai prebiotik alami.
3. Gula Darah Tidak Stabil
Lonjakan gula darah setelah makan manis bisa membuat energi melonjak, lalu tiba-tiba turun drastis. Perubahan cepat ini membuat tubuh panik, dengan gejala seperti gemetar, berkeringat, atau berdebar.
Gejala ini sering disalahartikan sebagai rasa cemas tanpa sebab. Sebaiknya pilih karbohidrat kompleks (nasi merah, oats), makan dengan porsi seimbang, dan hindari kebiasaan ngemil manis berlebihan.
4. Konsumsi Kafein Berlebihan
![]() |
Ilustrasi (Foto: Pexels) |
Kafein dalam kopi, teh, atau minuman energi memang bisa membantu fokus. Tapi jika berlebihan, kafein merangsang sistem saraf simpatik yang membuat tubuh seperti sedang menghadapi bahaya.
Akibatnya, jantung berdebar, tangan gemetar, sulit tidur, dan muncul rasa gelisah. Sebaiknya batasi konsumsi kopi maksimal 1–2 cangkir sehari, dan hindari minum kafein di sore atau malam hari.
5. Ketidakseimbangan Hormon
Hormon dalam tubuh bekerja layaknya pengatur suasana hati. Ketidakseimbangan hormon tiroid, hormon reproduksi (misalnya saat PMS atau menopause), atau hormon stres (kortisol) bisa memicu kecemasan. Pada wanita, perubahan hormon ini lebih nyata, terutama menjelang menstruasi atau setelah melahirkan.
Perhatikan siklus tubuh, karena mungkin ini bagian masa sensitif terutama pada wanita. Jaga pola makan dan olahraga secara teratur perlu diupayakan untuk menyeimbangkan hormon.
6. Kurang Gerak
Tubuh manusia diciptakan untuk bergerak. Gaya hidup modern yang banyak duduk di depan layar atau lebih banyak rebahan membuat energi tidak tersalurkan.
Akibatnya, stres menumpuk dan sistem saraf jadi lebih sensitif terhadap rasa cemas. Olahraga terbukti mampu menurunkan kecemasan karena memicu keluarnya endorfin, hormon yang membuat tubuh merasa rileks.
Luangkan waktu cukup 20–30 menit olahraga ringan seperti jalan kaki, bersepeda, atau senam setiap hari. Tidak harus ke gym, asal rutin bergerak.
7. Stres Berkepanjangan
Stres yang dibiarkan tanpa solusi membuat tubuh terus berada dalam mode “fight or flight”. Sistem saraf simpatis yang seharusnya hanya aktif sesaat menjadi overaktif, sehingga tubuh mudah panik bahkan tanpa pemicu jelas. Akhirnya, muncul rasa cemas yang tidak tahu asalnya.
Buat waktu khusus untuk relaksasi, kurangi multitasking, dan latih pernapasan dalam. Meditasi islami seperti baca Alquran dan dzikir dengan pernapasan teratur akan sangat menenangkan.
8. Scrolling Terlalu Lama
![]() |
Ilustrasi (Foto: Pexels) |
Kebiasaan menatap layar ponsel sambil scrolling media sosial bisa membuat otak overstimulated. Informasi yang terus masuk, perbandingan sosial, serta berita negatif membuat kita gelisah tanpa sadar.
Riset menunjukkan penggunaan media sosial berlebihan berkaitan erat dengan meningkatnya kecemasan. Atur waktu penggunaan gawai, aktifkan notifikasi seperlunya, dan coba batasi media sosial beberapa jam setiap hari.
9. Kekurangan Vitamin dan Mineral Tertentu
Beberapa nutrisi berperan langsung pada kesehatan saraf dan otak. Kekurangan vitamin D dapat menurunkan suasana hati, magnesium berperan dalam relaksasi otot dan saraf, sementara vitamin B kompleks mendukung fungsi otak. Jika tubuh kekurangan, rasa cemas bisa lebih mudah muncul.
Sebagai solusinya, perbanyak paparan sinar matahari pagi untuk vitamin D dengan cara rutin berjemur matahari, konsumsi sayuran hijau, kacang-kacangan, ikan, dan biji-bijian untuk mineral dan vitamin.
10. Pola Makan Tidak Sehat
![]() |
Ilustrasi (Foto: Pixabay) |
Makanan tinggi gula, instan, dan minim serat memperburuk kesehatan usus, gula darah, hingga hormon. Semua ini saling terhubung dengan kesehatan mental.
Tidak heran, pola makan yang buruk bisa membuat seseorang mudah cemas, murung, dan sulit fokus.
Biasakan pola makan seimbang dengan kombinasi karbohidrat kompleks, protein, lemak sehat, serta sayur dan buah segar.
Ganti camilan ringan seperti keripik dengan buah potong atau kacang rebus. Jika ingin makanan manis, pilih kurma atau madu alami daripada permen.
Penutup
Rasa cemas tanpa sebab ternyata tidak muncul begitu saja. Selain faktor spiritual yang menjadi inti bagi seorang muslim, ada banyak faktor fisik, gaya hidup, dan lingkungan yang ikut berperan. Menjaga hubungan dengan Allah, disertai pola hidup sehat, bisa membantu menenangkan jiwa sekaligus memperkuat daya tahan tubuh.
Cemas memang bisa menjadi ujian, tapi juga bisa menjadi tanda agar kita memperbaiki diri, baik secara batin maupun lahir. Jadi, jangan buru-buru menyalahkan diri sendiri. Anggap saja itu tanda bahwa tubuh dan jiwa butuh perhatian lebih.
Mulailah dari memperkuat iman, lalu perhatikan tidur, makan, gerak, dan keseimbangan hidup. Dengan begitu, insyaAllah hati lebih tenang, pikiran lebih jernih, dan tubuh lebih sehat.