![]() |
Ilustrasi (Foto: Pixabay) |
Muslimahkertas.web.id, Mendidik anak tidaklah mudah. Itulah kenapa ilmu menjadi orang tua adalah sepanjang hayat. Mendidik anak bukan hanya tentang memberi makan dan pemberian yang bersifat fisik lainnya, tapi ada juga hak berupa non fisik. Hak anak yang utama adalah mendapatkan pendidikan terbaik dari orang tuanya.
Menemani tumbuh kembang anak memang suatu hal yang membahagiakan. Di balik momen membahagiakan dan menggemaskan, tentu ada pula momen yang menguras keringat dan emosi. Diantara hal yang banyak membuat para orang tua mengusap dada dan sering terpancing amarahnya adalah menghadapi fase menyebalkan anak.
Fase menyebalkan biasanya terjadi di masa-masa pra sekolah, sekitar usia tiga hingga lima tahun. Di bawah usia tersebut sering dikenal dengan tantrum yang sering disebabkan karena kosakata anak yang terbatas dan belum bisa berbicara.
Rupanya, meskipun anak sudah pandai berbicara, fase menyebalkan tetap belum bisa hilang di masa perkembangan dan pertumbuhannya. Apakah itu berupa cari perhatian dengan cara yang salah, apakah itu kemauan yang keras menginginkan sesuatu yang dilarang orang tua, dan lain-lain. Bagaimana sebaiknya sikap kita sebagai orang tua menghadapi fase menyebalkan anak?
Pahami bahwa itu bukan karakter anak
Sering kali para orang tua keceplosan melabeli anak dengan anak nakal, anak susah diatur, dan lain-lain. Label buruk ini sebaiknya dihindari sebisa mungkin. Kenapa? Karena itu bukan karakter anak.
Meskipun sikapnya mencerminkan perbuatan nakal, tetapi itu belum menjadi akhlaknya yang menetap. Istilah lainnya, bukan karakter yang sudah final dan melekat.
Anak masih dalam proses pembentukkan karakter, dan salah satu yang menjadi penentu karkater yang terbentuk di masa mendatang adalah orang tuanya.
Di sini pentingnya orang tua paham bahwa selama itu belum menjadi karakter, di sini lah peran orang tua untuk tak bosan mengingatkan dan meluruskan.
Perkara akhlak dan sikap ini penting dibentuk di masa kecilnya. Tidak apa-apa bila anak tidak langsung mengerti, tidak langsung menggubris, tidak berubah seketika sesuai keinginan orang tua, sebab ia sedang berproses, maka kesabaran yang ekstra dari orang tua sangat penting dan diperlukan.
Anak belum paham setiap emosi yang dirasakannya
Anak belum bisa berkomunikasi dengan baik
Adakalanya anak tidak bisa mengkomunikasikan apa yang dirasakannya. Adakalanya anak membutuhkan pelukan namun tidak bisa mengungkapkannya. Adakalnya anak ingin dimengerti namun tak bisa menyampaikannya. Adakalanya anak ingin diperhatikan namun bingung mengutarakannya.
Memang kelihatannya sepele, tapi ini bisa memicu sikap-sikap yang menyebalkan yang menguras emosi orang tuanya.
Ajak bicara anak ketika sudah membaik
Dalam kondisi yang tidak kondusif, terkadang menasihati dan meluruskan anak menjadi tidak sampai ke hati anak karena momentumnya yang belum baik.
Anak belum paham yang terbaik. Jangan terpancing ketika ia melabeli kita galak atau kejam. Tunggu saja sampai emosinya sudah mereda dan membaik. Di momen itu adalah kesempatan orang tua untuk mengajaknya berdialog dan meluruskan sikap tidak baik yang harus dipahami anak.
Bukan hanya dengan menasihati, anak lebih mudah menangkap dengan apa yang ia lihat. Maka figur orang tua perlu menjadi teladan, terutama untuk hal-hal yang memerlukan kesabaran.
Tetap mendoakan kebaikan untuk anak
Dari semua tips, inilah tips yang paling penting yang tidak boleh dilewatkan setiap orang tua, apalagi seorang ibu. Ibu diberi keistimewaan doa yang mustajab. Di sela-sela sujud dan salat, tetaplah mendoakan kebaikan untuk anak. Pintalah kepada Allah agar dimampukan mendidik anak, juga meminta agar dikaruniai anak keturunan yang saleh.
Demikian tips menghadapi fase menyebalkan anak. Di fase menyebalkan yang menguras tenaga dan emosi, orang tua harus memperhatikan beberapa hal: pahami bahwa itu bukan karakter anak, anak belum pandai mengenali emosi dan mengomunikasikannya, ajak anak bicara diwaktu yang tepat, dan tetap mendoakan kebaikan untuk anak.
Sabar adalah kunci. Fase menyebalkan akan berlalu. Berlelah-lelah mendidik anak di masa kecil, maka akan menuai manisnya di suatu hari. Dengan izin Allah.
0 Komentar