![]() |
Ilustrasi (Foto: Muhtelifane/Pexels) |
Muslimahkertas.web.id, Dalam gramatika bahasa Arab, normalnya struktur sebuah kalimat itu adalah mubtada di awal kalimat, adapun khabar diletakkan setelah mubtada. Khabar muqaddam dan mubtada muakhkhar adalah kondisi abnormal suatu struktur kalimat dalam bahasa Arab.
Hal ini karena ada beberapa keadaan yang menyebabkan struktur normal tersebut menjadi tidak berlaku.
Pengertian Khabar Muqaddam dan Mubtada Muakhkhar
Secara harfiah, khabar muqaddam adalah khabar yang didahulukan. Sedangkan mubtada muakhkhar adalah mubtada yang diakhirkan.
Untuk lebih memahami mubtada khabar, silakan baca artikel tentang pengertian dan contoh mubtada khabar.
Penyebab Khabar Muqaddam dan Mubtada Muakhkhar
Setidaknya ada 3 penyebab khabar yang biasanya terletak setelah mubtada menjadi di posisi mubtada, sedangkan mubtada yang biasanya di awal kalimat menjadi terletak setelah khabar. Singkatnya, mereka digambarkan bertukar posisi.
Berikut keadaan yang menyebabkan khabar didahulukan (muqaddam) dan mubtada diakhirkan (muakhkhar).
1. Khabar Muqaddam dan Mubtada Muakhkhar Terjadi Ketika diawali jar majrur
Contohnya firman Allah dalam surah al-Maidah ayat 120:
لِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا فِيْهِنَّ ۗوَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Kata lillahi (لِلّٰهِ) adalah jar majrur, ia posisinya sebagai khabar muqaddam. Kenapa? Karena isim marfu di awal kalimatnya didahului jar majrur.
Jika dii'rabkan, huruf lam sebagai huruf jar yang mabni, tanda maknanya dengan kasrah. Huruf allahi majrur dengan huruf jar, tanda jarnya dengan kasrah karena isim mufrad. Jumlah dari jar dan majrur menempati posisi marfu' sebagai khabar muqaddam.
Sedangkan kata mulku ( مُلْكُ) adalah sebagai mubtada muakhkhar.
Jika dii'rabkan, kata mulku menempati posisi marfu sebagai mubtada muakhkhar. Tanda rafa'nya dengan dhammah karena isim mufrad.
Contoh lainnya terdapat dalam surah al-Baqarah ayat 10:
فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌۙ فَزَادَهُمُ اللّٰهُ مَرَضًاۚ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ ۢ ەۙ بِمَا كَانُوْا يَكْذِبُوْنَ
Kata fi qulubihim (في قلوبهم) adalah jar majrur, ia posisinya sebagai khabar muqaddam. Kenapa? Karena isim marfu di awal kalimatnya didahului jar majrur.
Sedangkan kata maradhun (مرض) adalah menempati posisi marfu sebagai sebagai mubtada muakhkhar.
2. Ketika diawali zharaf zaman dan makan
Contohnya:
أَمَامَ الْأُسْتَاذِ وَلَدٌ
Kata amamal ustadzi (أمام الأستاذ) adalah zharaf makan sebagai mudhaf dan mudhafilaih, posisinya majrur dengan idhafat. Tanda jarnya adalah kasrah karena isim mufrad. Ia menempati posisi marfu sebagai khabar muqaddam. Kenapa? Karena isim di awal kalimat didahului zharaf makan.
Sedangkan kata waladun (ولد) menempati posisi marfu sebagai mubtada muakhkhar. Adapun tanda rafa'nya dengan dhammah karena isim mufrad.
3. Ketika diawali isim istifham
Contohnya:
مَتَى الإِمتِحَانُ
Kata mata (متي) adalah isim istifham yang menempati posisi sebagai khabar muqaddam. Kenapa? Karena isim istifham di awal kalimat.
Sedangkan kata al imtihanu (الإمتحان) menempati posisi marfu sebagai mubtada muakhkhar.
Demikian penjelasan mengenai khabar muqaddam dan mubtada muakhkhar. Khabar muqaddam adalah khabar yang didahulukan, sedangkan mubtada muakhkhar adalah mubtada yang diakhirkan.
Penyebab khabar muqaddam mubtada muakhkhar adalah apabila diawali jar majrur, zharaf zaman dan makan serta diawali isim istifham.